Rabu, 27 Juli 2011

KHASIAT TANAMAN NUSANTARA DIPAMERKAN DI KRATON ; Minum Jamu, Tak Lagi Pahit dan Bau

Kedaulatan rakyat
21/07/2011 08:27:41 Khasiat jamu nusantara tak kalah dengan luar negeri maupun obat-obatan modern buatan pabrik. Hanya saja, upaya pengembangan jamu di tanah air masih terkendala minimnya uji klinis. Padahal jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin jamu Indonesia dapat berdiri sejajar dengan China, India atau Tiongkok.
Kekayaan jamu tanah air dengan ragam khasiatnya ini dapat disaksikan dalam Festival Jamu Nasional bertajuk ‘Sehat, Bugar dan Ayu dengan Jamu’ di Pagelaran Kraton, Rabu-Minggu (20-24/7). Kegiatan yang digelar Dinas Pertanian DIY itu diikuti 97 peserta, terdiri dari instansi dari 13 provinsi dan 84 pelaku usaha jamu nasional maupun daerah.

Event yang dibuka Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Dr Hasanudin Ibrahim dan dihadiri Wagub DIY Paku Alam IX, ditujukan untuk mengenalkan jamu kepada masyarakat luas dan diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap jamu. Berbagai produk jamu unggulan ditampilkan dalam event itu. Mulai jamu untuk kesehatan hingga kecantikan.
Dari Dinas Pertanian Kota Tangerang misalnya, menampilkan produk jamu seperti temu putih, temu mangga, dewa, keladi tikus, kunyit putih dan sambiloto dalam bentuk kapsul. ”Kalau dibuat minuman kebanyakan orang tidak suka karena aromanya. Tapi dalam bentuk kapsul, masyarakat bisa minum jamu tanpa harus merasakan pahit atau bau yang mungkin kurang disukai,” kata pengolah Herbal Toga Suprijanto kepada KR di sela pembukaan festival.

Selain itu juga ada jamu yang berasal dari tanaman tahongai khas Kalimantan Timur. Jamu yang diyakini dapat menyembuhkan liver, kanker, hepatitis dll itu dikemas dalam bentuk teh celup. Ada pula jamu-jamu herbal dari Bali dan daerah lain yang berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit serta untuk kecantikan.

Hasanudin mengatakan, jamu masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia yang memilih cara hidup sehat. Perkembangan herbal telah menjadikan jamu menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Namun diakui, perkembangan jamu masih terkendala minimnya uji klinis. Dari ribuan herbal di Indonesia, yang sudah diuji klinis, masih di bawah 50. ”Uji klinis masih di bawah 50 karena biayanya mahal dan prosesnya cukup lama. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah.” katanya.
Ditambahkan, permintaan jamu di pasar domestik maupun internasinoal memang menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun. Ekspor tanaman obat pada 2009 mencapai 11,8 juta dollar dan pada 2010 meningkat menadi 19 juta dollar. Angka ini masih mungkin ditingkatkan apabila Indonesia mampu menciptakan temuan baru dengan mengekstrak bahan aktif yang terkandung dalam tanaman obat asli nusantara. ”Kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh saya yakin kita dapat berdiri sejajar dengan China, India, Tiongkok dan Timur Tengah yang merupakan pusat budaya dunia sejak dulu,” imbuhnya.

Kepala Dinas Pertanian DIY Ir Nanang Suwandi MMA mengatakan, DIY menjadi salah satu provinsi penghasil tanaman obat. Hanya saja pengembangan minat budidaya tanaman obat masih terkendala pemuliaan tanaman. ”Padahal dunia sekarang ini mulai melirik produk yang aman dan ramah lingkungan,” imbuhnya.(Ast)-f

Tidak ada komentar:

Posting Komentar